Klodjen Djaja 1956, Suguhkan Kopi Nikmat Berbalut Keunikan dan Keramahan

        Setelah membaca beberapa artikel tentang Klodjen Djaja 1956, saya langsung tertarik untuk memasukkannya pada bucket list one day trip di Malang bersama anak-anak. Dari namanya saja, saya sudah punya ketertarikan tersendiri dengan kedai kopi ini.


Pagi di Klojen



        Sabtu, 25 Desember 2021 sekitar pukul 7 pagi, kami sampai di Kota Malang. Klodjen Djaja 1956 adalah tempat yang pertama kami kunjungi karena tempatnya memang tidak jauh dari Stasiun Malang Kota Baru. Selain itu kami juga berniat mencari sarapan di Pasar Klojen yang letaknya berada di dekat kedai kopi Klodjen Djaja 1956. Kurang dari 10 menit berjalan kaki, kami sudah tiba di Pasar Klojen. Setelah mendapat menu sarapan yang diinginkan, kami menuju ke Klodjen Djaja 1956. Kami berjalan sekira lima puluh langkah dari Pasar Klojen ke kedai kopi Klodjen Djaja 1956.

         Pagi itu suasana kedai cukup ramai. Banyak pengunjung memadati bagian depan kedai yang berhadapan langsung dengan ruas jalan. Kami memilih duduk di dalam kedai, persis di hadapan sepasang barista yang cekatan meracik menu-menu kopi pesanan pelanggan. Sambil menunggu pesanan siap disajikan, kami menikmati sarapan pagi kami masing-masing.


Kenikmatan Kopi Berbalut Keramahan

Pesanan kami

    Klodjen Djaja 1956, mengusung konsep kopi pasar tempo dulu dan open kitchen, jadi pengunjung dapat melihat langsung dari dekat bagaimana kopi diracik oleh barista dan mengetahui pasti bahan-bahan yang dipakai. Saya sempat ngobrol sebentar dengan sepasang barista tersebut meski lupa menanyakan nama mbak dan mas barista di sana, tapi yang jelas mereka ramah, hangat, dan bersahabat.

       Selain bisa memesan beragam menu kopi, Klodjen Djaja 1956 juga menyediakan menu non kopi, aneka camilan, mie seduh, dan biji kopi kiloan dengan harga yang terjangkau. Untuk pembelian biji kopi kiloan bisa langsung sekalian digiling di sana tanpa dikenakan biaya tambahan.

"Biji kopinya diambil dari petani kopi lokal yang ada di perkebunan kopi Gunung Arjuno," jelas mas barista ketika saya menanyakan dari mana asal biji kopi yang dijual sekaligus menjadi bahan baku utama minuman di Klodjen Djaja 1956


Biji kopi yang telah digiling

         
        Saat proses biji kopi sangrai ditimbang, digiling, dan kemudian dikemas pada kantong plastik, aroma kopinya menguar tajam merasuk ke indra penciuman dan membuat sensasi wangi kopi tersendiri yang langsung membuat jatuh hati.

        Saya bukan tipikal coffee person dan tidak begitu addict dengan kopi, tapi saya tetap menikmati momen minum kopi meski sesekali. Meskipun dengan pengetahuan perkopian yang minim, lidah saya masih bisa merasakan mana kopi enak dan mana yang tidak. Lidah saya pun dapat membedakan mana kopi susu dan mana susu kopi (baca: kopi susu yang dominan manisnya bukan rasa kopinya). Nah, kopi Klodjen Djaja 1956 ini menurut saya rasanya nikmat sekali. Dominasi rasa kopinya sangat kuat. Untuk pertama kalinya di kedai ini, saya nyruput kopi tanpa gula sama sekali. Meski sugar  free, eh tapi kok rasanya pas dan nikmat betul yaa, jauh dari yang saya perkirakan sebelumnya. 

        Pada gelas kemasan es kopi Klodjen Djaja 1956 memang tertulis "Hanja Kopi Pasar Boekan Coffee Shop" namun soal kualitas rasa, kopi Klodjen Djaja 1956 layak disandingkan dengan coffee shop kenamaan. 


Kedai Kopi Unik

Menu dan beberapa poster di kedai

        Satu hal lagi yang unik dan menarik dari Klodjen Djaja 1956 yaitu ambience kedai yang amat jadul. Dekorasi interior kedai dan beberapa poster di dinding didesain dengan gaya tempo dulu.  Bangunan kedai ini pun sama jadulnya dengan interior kedai.

        Menurut mas barista, angka tahun pada nama kedai Klodjen Djaja 1956 bermula dari tahun bangunan kedai. Saat itu seluruh bangunan kedai full difungsikan untuk kios daging Klojen. Nah, hingga saat ini kios daging pun masih beroperasi di satu bangunan yang sama. Pemilik bangunan tersebut hanya menyekat bangunan menjadi dua ruang bersisian, satu ruang untuk kios daging dan ruang lainnya sebagai kedai kopi.

"Kedai kopinya sendiri ini belum lama kok, te. Ya sekitaran di awal tahun ini baru ada,"  ujar mas barista yang bekerja di sana.

Swafoto di dalam kedai
        
        Sayang sekali saat kami mampir ke sana gambar-gambar film super besar seperti yang menghiasi bagian depan bioskop tempo dulu sedang dicopot sebab dua hari berturut-turut sebelum kujungan kami,  Kota Malang diguyur hujan lebat disertai angin.

"Ohh gambar filmnya memang sengaja dilepas, te. Dua hari hujan angin terus, takut bahayain kalo gambarnya jatuh," begitu jawab mas barista ketika saya bertanya perihal absennya gambar film jadul yang biasanya ada di depan kedai.

    Keunikan, kehangatan, dan keramahan yang berpadu dengan kenikmatan kopinya menjadikan Klodjen Djaja 1956 layak untuk menjadi salah satu destinasi jika mengunjungi Kota Malang. Sempatkan mampir sebentar untuk mencicipi nikmatnya kopi di kedai ini dan berbaur dengan keramahan warga lokal. 

 





Klodjen Djaja 1956

Djasa Sedoeh dan Sangrai Kopi

Jl. Tjokroaminoto 2

Klojen, Malang, Jawa Timur

 

Jam operasional:

Setiap hari pukul 06.30-23.00

Khusus hari Junat pukul 13.00-23.00

 

 

 

 

 

 

#KlodjenDjaja1956

#NoKlodjenNoParty

#ExploreMalang

#novitaprima83

Komentar

Postingan Populer