Surabaya dan Sejumlah Cerita (Surabaya Heritage Track 1: Klenteng Hok Ang Kiong dan Escompto Bank)

Apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar kata "Surabaya"? 
Sura dan Baya?
Rujak Cingur?
Lontong Balap?
Jembatan Merah?
Jl. Tunjungan?
Yup, beberapa hal tadi memang begitu lekat dengan keberadaan Surabaya hingga saat ini, namun tahukah kalian bahwa Surabaya masih punya banyak tempat dan hal menarik di dalamnya selain beberapa hal ikonik tadi.

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk mengikuti city tour dari House of Sampoerna (HoS), program city tour ini ber-tagline Surabaya Heritage Track (SHT). Nah, buat kalian yang suka banget jalan-jalan sambil napak tilas sejarah, tur ini cocok buat kalian dan nyenenginnya nih, tur ini tidak dikenakan biaya sepeserpun alias GRATIS gituu 😊. Yaayy...having trip for free! Dijamin ga bakalan ada yang nolak!

Tiket SHT
Hal pertama yang paling PENTING untuk dilakuin sebelum strolling around the city adalah reservasi terlebih dahulu, mengingat tur ini terbatas untuk 20 orang saja per sesi keberangkatan. Pihak HoS memang menyediakan beberapa seats kosong (sekitar 4 seats) untuk peserta on the spot, biasanya sih seats ini diambilkan dari peserta yang cancel atau peserta yang gak konfirmasi ulang saat hari H (jadi pihak HoS menganggapnya cancel).

City tour ini bisa diikuti setiap hari kecuali hari Senin. Untuk regular tur ada 3 sesi dengan tema berbeda di tiap sesinya dan di saat-saat tertentu terkadang ada program Thematic Tour. Untuk info jadwal tur bisa cek di sini.

Pas pertama ikutan tur ini, saya dapat regular tur sesi ke-2. Awalnya sih mau gabung di sesi pertama, karena udah full booked jadi deh geser ke sesi berikutnya.
Oiya, waktu itu saya jalan bersama seorang teman saya, Enik. Karena sebelumnya kami udah reservasi, jadi tinggal sampai di HoS 30 menit sebelum keberangkatan untuk registrasi ulang. FYI, semua tur berangkat dari HoS Jl. Sampurna, Surabaya dan nantinya setelah city tour kelar, bus SHT akan berhenti di HoS lagi.

Di dalam bus SHT

Setelah urusan registrasi kelar, kami diberi 2 tiket naik bus SHT. Sebelum naik bus tiket itu harus ditunjukkan pada mas-mas dari HoS yang berjaga di dekat pintu bus dan setelahnya kami diberi tracker id card yang udah ada gantungannya, jadi tinggal kalungin aja di leher selama program city tour berlangsung. Pada sesi ini, kami diajak mengunjungi ke dua tempat sekaligus, oiya tur sesi 2 ini temanya adalah Surabaya--The Trading City.




First Stop—Klenteng Hok Ang Kiong


Bagian muka Klenteng Hok Ang Kiong
Klenteng ini merupakan klenteng Tri Dharma--tempat peribadatan yang diperuntukkan bagi tiga umat sekaligus--Kong Hu Chu, Buddha, dan Tao. Klenteng ini juga terkenal dengan nama Klenteng Coklat karena letaknya berada di Jl. Coklat 2, Surabaya. Pada awal pendiriannya, tempat ini difungsikan untuk menampung awak kapal dari Tiongkok yang kapal-kapalnya bersandar di Pelabuhan Surabaya. Mereka masuk ke Surabaya dan membawa patung Ma Co Po, konon dari sinilah cikal bakal adanya Klenteng Hok Ang Kiong.


Klenteng Hok Ang Kiong
Keramahan dan kehangatan jelas terasa begitu kaki terjejak di tempat ini. Toleransi antara pengunjung yang beribadah dan pengunjung yang sekadar datang ke sana untuk napak tilas sejarah, seperti rombongan tur kami begitu menonjol. Bagaimanapun juga kami harus mampu bersikap santun dan menjaga sikap di sana mengingat Klenteng Hok Ang Kiong adalah tempat peribadatan yang sehari-harinya masih digunakan untuk beribadah.



Layaknya bangunan Tionghoa lainnya yang sarat akan warna merah, klenteng ini pun demikian adanya. Di bagian muka klenteng terdapat Pernik Tionghoa, yaitu lampion merah yang tergantung sempurna menambah pesonanya.


Second Stop—Museum Bank Mandiri (Escompto Bank)


Sebagian ikon 12 Kota Niaga
Begitu tiba di gedung ini, kami langsung di bawa oleh tour guide ke lantai 2. Hal pertama yang tersuguh di depan mata di bagian tangga penghubung antara lantai 1 dan 2 adalah pilar-pilar yang menjulang tinggi khas bangunan kolonial. Di sekeliling dinding bangunan lantai 2 dihiasi oleh 12 simbol kota perniagaan pada masa Hindia Belanda, salah satunya adalah Surabaya dengan simbol Sura dan Baya.




Salah satu bagian ruang pamer
Ruang pamer museum ini menempati sebuah ruangan di lantai 1. Ruang ini tidak begitu besar, bahkan terbilang kecil untuk suatu tempat yang disebut museum. Dari ruang ini kami dapat mempelajari serta membayangkan bagaimana kira-kira aktivitas perbankan pada masa lampau melalui benda-benda koleksi museum, seperti brankas kuno, telepon kuno, mesin tik dan komputer kuno, bahkan disket jaman dulu pun dapat kita jumpai di sini. Selain benda-benda langka tersebut adapula gambar tokoh sejarah H. R Muhammad di sana. Gambar beliau dipamerkan di sana karena memang ada keterkaitan sejarah dengan Escompto Bank.

Konon pada masa pertempuran Surabaya tahun 1945, dibutuhkan sejumlah dana perang untuk membiayai pertempuran tersebut. H. R. Muhammad adalah orang yang menggedor dan mengambil uang sejumlah 100 juta Gulden dari Escompto Bank. Uang sebesar itu, sejumlah 35 juta Gulden diberikan kepada Presiden Soekarno selaku pimpinan pusat dan sisanya digunakan untuk operasional perang.

Menuju lantai 2
Pada awal berdirinya gedung ini bernama Netherlandsch Indische Escompto Maatschappij (semoga benar nulisnya 😊), penggagas gedung ini adalah arsitek berkebangsaan Belanda, Marius J. Hulswit. Seiring berjalannya waktu, pada 1960 pemerintah RI kemudian mengambil alih gedung ini, selanjutnya nama gedung ini berganti menjadi Bank Dagang Negara (BDN). Saat krisis moneter global tahun 1998 banyak bank-bank nasional yang harus dimerger, termasuk BDN di dalamnya. 9 Oktober 1998, BDN resmi dimerger dan menjadi Bank Mandiri hingga kini.

Bus SHT

Setelah mengunjungi dua tempat tadi, kami kembali ke House of Sampoerna. Masih ada lagi beberapa tempat menarik di Surabaya yang saya kunjungi bersama SHT tur ini. Soon, I will write it. 😊

It’s a great moment for us can finally join this group tour. 😊







RESERVASI:
(031)3539000


#SHT
#Surabaya
#novitaprima83
#SparklingSurabaya

#SurabayaHeritageTrack


Komentar

Postingan Populer