Tahun Baru di Tahun Kedua Masa Putih Biru

Meriah suara terompet terdengar bertalu - talu, deru suara kendaraan pun terdengar saling beradu, desingan suara kembang api dan percikan kilatan cahayanya turut memeriahkan suasana malam tahun baru. 1996 akan berganti menjadi 1997.

Rumahku yang jaraknya hanya sepelemparan batu dengan jalanan pusat kota tentu saja begitu merasakan denyut malam pergantian tahun.

Aku tidak pergi dengan teman - teman ku, tapi sebenarnya aku ingin. Tapi tak mungkinlah ayah dan ibu ku mengijinkannya. Yang namanya malam tahun baru, pastilah larut malam acaranya. Aku maklum dengan semua itu.

Tapi, bukan aku namanya jika harus terhenti di satu rencana saja. Tak mengapa jika tak bisa menyaksikan pergantian tahun dengan teman sebayaku, setidaknya aku bisa merajuk ayahku untuk menemaniku. 

Sebelumnya ayah keberatan, dengan alasan tidak ada kendaraan yang akan kami gunakan. Aku tetap merajuk, "pakai sepeda saja kan bisa, yah !", begitu kilah ku ketika itu. Tak mau berdebat panjang lagi dengan ada gadisnya saat itu, ayahku menyetujui saja mau ku.

Jadilah aku dibonceng ayahku dengan sepeda, kami mengelilingi satu putaran saja jalanan pusat kota. Uugghhh... senangnya tak terkira bisa menyaksikan langit tahun baru secara langsung. Langit malam terlihat begitu berwarna terkena kilatan warna warni kembang api. Wooww... ! sungguh tak berkurang sedikitpun kemeriahan malam tahun baru meski hanya dapat kunikmati di atas sepeda ini. 


Sepeda ayah ini juga yang jadi saksi bisu bagaimana ketika pertama aku bisa menaiki sepeda besar beroda dua. Ngebut dengan sepeda ayah berujung dengan insiden kecil memalukan, tapi jika ku kenang sekarang, meledak tawa ku dibuatnya.

Nanti, akan ku ceritakan padamu tentang insiden kecil itu. Karena sekarang aku hanya akan bercerita padamu tentang malam pergantian tahun ketika itu saja.

Setelah berkeliling satu putaran, aku tak merajuk lagi, aku senang melihat temaramnya langit malam, tapi aku tak tahan harus bertabrakan dengan asap - asap kendaraan yang berlebihan. Selain itu aku sebal sekali jika mendengar suara klakson kendaraan yang dimodifikasi, bunyinya menyebalkan sekali. Tidak hanya itu desingan suara knalpot sepeda motor yang tak sewajarnya membuat kebas telinga ku. 

Oleh sebab itu, satu putaran berlalu, kami pun segera menyudahi acara bersepeda di malam tahun baru.

Tanpa pernah kutahu, itulah bersepeda yang terakhir kalinya di malam tahun baru. Tahun - tahun setelahnya, semua tak lagi sama. Dua tahun ayah harus berjuang dengan sakitnya, dua tahun yang panjang, dua tahun yang berbeda, dua tahun yang merubah segalanya. 

Meski semua berbeda, tak lagi sama. Aku berbesar hati, aku berbahagia, aku masih menyimpan semua RASA yang selalu sama. 

Terima kasih ayah, telah kau temani aku di malam pergantian tahun saat itu. Malam tahun baru di tahun kedua masa putih biru. Terima kasih ayah, semua RASA yang kau tinggalkan sungguh indah. *np83

#untukmu, ayahku.. with all my heart
@Sudut Kamar, yang selalu menginspirasi

Komentar

Postingan Populer