Semua Rasa dari Kota Raja

Selamat pagi langit Jogjakarta !

Beberapa jam tidur semalam terasa cukup bagiku untuk melepas penat menjadi rehat. Pagi ini siap kususuri lagi kota ini. 

Pukul delapan pagi, telah ku kemasi semua pakaian dan segala keperluan. Tengah hari ini aku harus check out dan kembali pulang ke kota kita. Aku masih punya beberapa jam lagi untuk menghabiskan waktu di Jogjakarta.

Keraton Jogjakarta, kesanalah akan kujejakkan kakiku. Ini bukan kali pertama aku mengunjunginya. Tapi tetap saja ada suka yang berbeda setiap kali aku mendatangi tempat ini. Aku selalu suka dengan istana ini. Aku selalu mengagumi setiap jengkal detil arsitektur bangunannya. Sungguh indah, sebuah kemegahan yang menyimpan banyak pesona. 

Setiap ruangan di istana ini menyimpan keindahan yang tak sama. Ruangan - ruangan di istana ini dibagi berdasarkan jenis koleksi yang ada di dalamnya. Seperti mengunjungi sebuah museum, banyak rupa - rupa bersejarah di dalamnya. 

Istana ini berhalaman luas sekali dengan hamparan pasir lembutnya. Terlihat pohon - pohon tinggi dan besar yang senantiasa menyejukkan. 

Tak terlalu lama aku berkeliling di Keraton Jogjakarta, setelah menyapu semua sudut istana, aku menyudahi kunjunganku disini. 

Aku bergegas melewati pintu keluar. Disini kutemui bapak penjual gulali. Kau ingat tidak gulali ini adalah jajanan wajib saat masa kecil kita dulu. Ku beli dua macam gulali. Satu gulali kupu - kupu untuk ku dan satu gulali ayam jago untuk mu. 

Ah.. kau pasti senang sekali, gulali ayam jago punyamu bisa di tiup di bagian ekornya. Ekor ayam jago itu bentuknya seperti peluit. Tak menyangka aku, dapat ku jumpai kesenangan masa kecil disini. 

Aku berhenti di parkiran museum kereta. Kendaraan yang kutumpangi menunggu disana. Kulanjutkan perjalanan menuju "Taman Pintar". Sepagi ini lalu lintas sudah padat, macam - macam kendaraan terlihat memenuhi semua ruas jalan. Di trotoar nampak pedagang kaki lima menjajakan dagangannya, terlihat juga beberapa pejalan kaki sedang menikmati pagi. 

Terowongan air mancur menyambutku di pintu gerbang kedatangan. Wow.. ! aku sekali dengan air mancur ini. Ingin sekali kusentuhkan jari jemari ini ke terowongan air mancur yang berjajar, lalu kupercikkan sedikit ke wajahmu. Pasti kau akan berlari mengejarku, melakukan hal serupa, kau tak akan pernah mau kalah dengan ku. Sampai aku berlari kelelahan dan kau akan tersenyum penuh kemenangan. Entah kapan kita akan berlarian seperti itu ?, aku tak tahu !

Usai berkeliling di Taman Pintar, aku berjalan kaki dan kembali kususuri Malioboro pagi ini. Benteng Vrederburg, kembali akan kulihat kegagahan tembok putih tinggi ini, setelah lima tahun silam aku mengunjunginya. Tak ada yang berubah dari bangunan kokoh ini, harga tiket masuknya pun masih sama dengan lima tahun lalu. Di bulan kedua belas, lima tahun sebelumnya telah kutinggalkan cerita yang kini tak lagi sama. 

Semilir angin lembut menepa wajah, terlihat satu dua pengunjung berfoto di bangku - bangku taman. Aku memilih untuk duduk - duduk saja, menikmati hembusan angin, menatap dedaunan yang bergerak perlahan sebelum akhirnya jatuh terlepas dari ranting pohonnya dan kemudian terbang dibawa sang angin. Entah kemana angin akan membawa daun itu. Semoga saja daun itu akan jatuh di depan jendela kamarmu dan menyapa, sekedar bertanya bagaimana kabarmu, apa kau baik - baik saja disana ?

Ah.. tapi tak mungkin daun itu terbang begitu jauh. Imaji ku saja yang tak terbendung karena rindu yang penuh.

Benteng ini begitu kokoh, berdiri gagah tak terkalahkan oleh waktu. Bentangan tembok putihnya yang tinggi terlihat hebat, tak tertandingi. 

Aku ingin mengajakmu naik ke atap - atap terbuka di atas benteng itu, bersama kita melihat langit yang cerah tersapu awan putih di bawahnya, menikmati angin menepa wajah kita, dan kubiarkan sepoinya mengibaskan helai rambutku. Bagaimana kau mau kan temani aku kesana ?.

Teriakan seorang teman yang memanggilku membuyarkan semua imajiku. Mereka menungguku, mengajakku kembali meneruskan perjalanan. 

Istana Air Taman Sari, inilah tempat terakhir yang akan kusinggahi sebelum aku pulang. Dari sekian kali kunjunganku ke kota ini, belum pernah aku ke Taman Sari. Ada saja halangan, atau ketidaksesuaian kunjungan ketika aku berniat ke tempat ini. Kali ini, aku harus ke sana !. 

Tak banyak waktu yang ku punya, waktu ku hanya tersisa 20 menit saja, jika tak mau tertinggal kereta. Aku harus benar - benar tepat menghitung waktu, tak mau terulang kejadian tertinggal kereta seperti pengalaman travelling sebelumnya. 20 menit yang berharga !

Dari depan, Istana Air ini sudah nampak kemegahannya. Istana Air Taman Sari ini dibangun tepat ditengah - tengah sumbu imajiner yang membentang antara Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis. 

Istana Air ini sungguh indah, tersimpan kemegahan dan sederet kisah di setiap bentuk bangunannya. Banyak ragam budaya yang mendasari pembangunan Istana Air ini. Arsitektur bangunannya banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu, Jawa, China, dan Eropa. Tak terbayangkan betapa mempesonanya Istana Air ini pada masanya hingga sampai saat ini masih terlihat sisa - sisa kemegahannya.

Siang yang cerah, awan - awan putih berpendar di langit kita. Pantulan air dari kolam pemandian Taman Sari terlihat mempesona, bening bagaikan kaca. 

Banyak lorong - lorong yang menyimpan banyak rahasia di Istana Air ini. Setiap gerbang yang kulewati mempunyai nama sendiri - sendiri. Pun dengan setiap kolam pemandian yang ada disana mempunyai masing - masing nama dan kisah di dalamnya. 

Ingin rasanya menghabiskan waktu denganmu disini. Mungkin kita akan banyak bertukar cerita. Bercerita tentang kisah - kisah Istana Air ini. 

Dan tentu saja bercerita tentang "istana" kita. "Istana" yang selalu menyediakan setiap ruangnya untuk kita.

Dari semua tempat yang aku kunjungi hari ini, aku paling suka tempat ini. Sungguh, 20 menit yang mempesona !. 20 menit yang sempurna menutup semua rangkaian cerita di kota Raja. 

Kau jangan bersedih. Ini bukan akhir cerita kita. Ini baru awal semuanya. Tetap akan kutuliskan cerita hebat untukmu sepulangku nanti. Tetap akan kukabarkan padamu bagaimana langit ku disini. 

Demikian juga denganmu, berjanjilah untuk tetap menuliskan cerita hebat mu dimanapun kau berada. Kabarkan pula bagaimana langitmu disana. 

Biarkan semua cerita kita terbentang di satu garis langit yang sama. Terbentang dalam Rindu dan Cinta. Terbungkus oleh asa dan rasa. 

#episode kota Raja
@Lempuyangan, Jogjakarta, Desember 2014

Komentar

Postingan Populer