Surakarta, Ketika Langit Tak Lagi Cerah (Kota Raja #2)

Dingin sekali malam hari disini, aku terjaga hingga pagi. Sepi, sunyi, hanya seruan angin saja yang terdengar di telinga. 

Kalau kau ingin tahu, sunyinya saat ini mungkin serupa dengan kesunyian malam itu ketika kau terbaring sendiri di ruang berkeliling kaca itu. Tempat itu terang, bahkan sangat terang. Tapi kau sendiri saat itu, hanya berkawan dengan sepi dan sunyi. Meski kau tahu banyak mata yang memperhatikanmu, tetap saja kau merasakan betapa sepi itu tak segera berlalu.

Oh yaa..., saat tiba di kota ini gerimis menyambutku. Ku kira hanya gerimis manis saja, ternyata aku salah. Semakin jauh aku melangkah, rinai hujan semakin deras menyapa. Langit siang yang ku harapkan cerah ternyata memberikan warna yang berbeda. 

Mentari yang harusnya terik tak terlihat lagi karena tertutup mendung. Hujan semakin deras, enggan berhenti. Saat seperti ini, seru sekali kalau kau berada disini. Temani aku, menengadahkan wajah, merentangkan tangan, menikmati hujan. Kau senang sekali 
bukan ?. Tapi, meski kau tak disini, aku tak pernah merasa sendiri. Setidaknya alam masih sayangi aku. Langit berbaik hati mengirimkan mendung dan hujan untuk sejukkan hari ini.

Aku bermalam di tempat yang cukup nyaman, sesuai dengan yang aku butuhkan. Tidak ada jendela - jendela tinggi berkaca besar seperti yang selalu inginkan. Jendela dikamarku, seperti yang kau lihat kebanyakan. Berukuran sedang dengan satu kaca permanen dan satu bagian yang bisa dibuka tutup. Tak mengapa, itu bukan masalah besar bagiku, aku masih bisa melihat langit dari balik jendela, angin pun masih rajin menyapa.

Ada yang istimewa, yang paling aku suka dari tempat ini. Aku suka lampu - lampunya, tempat ini banyak memasang lampu - lampu gantung. Malam semakin temaram dengan kilau cahayanya. Aku juga suka cermin besar yang menghadap ke ruang tengah. Ketika aku berdiri disana, aku bisa melihat segalanya, tidak hanya melihat bayanganku saja, bahkan aku bisa melihatmu tersenyum dari kejauhan. Aahh.. senyummu itu, aku selalu suka ! Semoga kau selalu bisa memberikan senyummu untuk siapa saja. Berikan senyummu untuk langit kita, titipkan senyummu lewat angin, biar semua merasakannya, tak terkecuali batang padi yang menunggumu di tempatnya.

Petang tadi, aku singgah di keramaian. Keramaian ini bagian dari perayaan tahunan kota ini untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, mereka menyebutnya "Festival Sekaten". Perayaan ini persis sekali dengan perayaan serupa di kota kita. Ketika kau dan aku masih kecil dulu bukankah orang tua kita atau kakek nenek selalu mengajak kita mengunjunginya ?. Di sana banyak sekali rupa - rupa penjual mainan dan makanan. Pun disini, tak ada yang berbeda. Penjualnya menawarkan dagangan yang serupa dengan kota kita. 

Aku teringat, saat perayaan itu, aku selalu meminta ibu untuk membelikan ku topi berbentuk burung merak dengan ekor indah yang menjuntai dan diujung paruhnya diberikan hiasan manik - manik. Kalau kau selalu saja tergila - gila dengan mobil - mobilan 4 WD yang serial TV tak pernah sekalipun kau lewatkan. Kau betah sekali berlama - lama di stan penjual mobil - mobilan, tak akan beranjak sebelum dapat yang kau inginkan.

Disana juga ada bianglala, tak sebesar dan sebagus yang di kota kita memang, tetapi tak berkurang sedikitpun membuatku ingat bahwa kau pernah mengajak ku untuk menikmati petang yang indah di kota kita dari ketinggian bianglala. Belum, itu belum terjadi. Sang waktu ingin mengambil bagiannya, sampai sekarang pun, belum ada kesempatan kita untuk menikmati bianglala bersama. Nanti, pasti langit akan berbaik hati memberikan kesempatan itu dan sang waktu akan memberikan bagiannya pada kita. Bersabar mungkn lebih baik.

Seperti rembulan yang bersabar menunggu hingga malam tiba. Seperti mentari yang menunggu keluar perlahan dari timur bumi.

Semua pasti ada waktunya, biarlah waktu yang menjawab. Biarkan langit terus menggariskan cerita yang indah untuk kita.

Seperti saat ini, meski langit Surakarta tak lagi cerah, aku tetap tersenyum dan berbahagia.

#episode kota Raja
@Surakarta, Desember 2014

Komentar

Postingan Populer